Pepatah China bilang, ’’Semakin tinggi pohon, semakin besar pula anginnya.’’ Jlentrehnya, angin itu merupakan salah satu ancaman bagi sebatang pohon, di antara ancaman-ancaman lain yang tak kalah ’jahat’: petir, kemarau panjang, dan tangan manusia! Banyak pohon tercerabut dari bumi tempatnya bercokol karena tiupan angin. Tetapi, angin dalam takaran yang tepat justru banyak membantu pohon: dalam hal penyerbukan maupun menggiring dan menepis terik matahari yang menyengat.
Tentu saja, pepatah itu tidak dimaksudkan untuk menasihati pohon. Melainkan, menasihati manusia. Soalnya, sudah jadi tabiat umum manusia, kalau grafik kemuliaan dan kejayaannya menanjak, biasanya kewaspadaannya menurun. Padahal semakin sukses seseorang, godaan (baca: ancaman) pun semakin besar: baik dari luar maupun dari dalam. Dari dalam, maksudnya ya dari dalam diri sendiri. Ancaman atau godaan dari luar bisa berupa: laki-laki lain, perempuan lain, orang iri, pesaing atau rival, dan panjahat. Contoh: yang paling diincar perampok tentulah si kaya, bukan si miskin, kan? Nah. Faktor dari dalam, ya banyak! Ada yang berupa nafsu makan dan berbagai macam nafsu duniawi lain yang kadarnya berlebih.
Demikianlah, sebatang pohon menasihati kita. Seiring dengan pertumbuhannya, akarnya makin jauh menjalar dan makin dalam menembus bumi. Dengan demikian sebatang pohon menjadi semakin kuat dan selalu siaga walau angin makin membesar. Ketika tanaman lain meranggas diganyang kemarau panjang, pohon yang besar tetap merimbun. Kalaulah beberapa jenis pohon besar menggugurkan seluruh daunnya di rentang kemarau panjang, itu bukan karena sekarat, tetapi sebagai strategi untuk menghemat air, menyimpan energi untuk tampil lebih segar di msim berikutnya.
Ketika pohon sudah jadi besar, berbagai ragam satwa mendatanginya, sekadar untuk berteduh, bertengger, bermain-main bergelayutan, bersarang, mengisap sari bunga dan memakan buahnya. Tak jarang pula tumbuhan lain numpang sekadar nempel atau bahkan sebagai parasit. O, betapa indahnya! [b]
0 urun rembug:
Post a Comment