Saturday 22 October 2011

Sekali Gebrak: Gagal dalam 2 Hal

ANAK MUDA ITU BILANG SEDANG PRAKTIK KULIAH LAPANGAN: KOMUNIKASI PASAR. salut, ia sudah berani mencoba. tetapi sayang, andai saya boleh menilai, ia belum lulus kali ini. SETELAH saya bukakan pintu, pertanyaannya langsung menyergap. "Bapak pakai pasta gigi merek A atau merek B?"

Saya jawab: Tidak keduanya. Dia terkejut. Lalu, sebelum ia bilang, "Jangan-jangan tak pernah gosok gigi, saya bilang, "Saya pakai merek C."

Ia meminta saya menunjukkannya. Ia pegangi, dan saya diberi pertanyaan berhadiah. "Ini pabrik besarnya ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, atau jawa Timur?" Dan jawaban ngawur saya pun ndilalah tepat.

"Nah, bapak menerima hadiah, itu pun kalau....." Kalimat menggantungnya segera saya sergap, "Mau!" Ia agak kesal, "Lho kok kalau mau. Ya harusnya mau, kalau barangnya masih tersedia."

’’Lha, kalau gak ada barang buat apa susah-susah mau beri hadiah?’’

’’Sebentar, Bapak. Ini begini. Kami ada kompor gas….’’ Dan panjang lebar lagi. Intinya, untuk kompor seharga delapan ratus ribu itu, saya hanya perlu membayar pajaknya saja, dua ratus lima puluh ribu.

’’Eh, sebentar, sampeyan ini sebenarnya mau mengiklankan pasta gigi atau kompor? Kok saya rasa-rasa gak nyambung antara pertanyaan awal dengan iming-iming hadiah yang masih sampeyan jelaskan sebegitu detai spesifikasinya ini….!’’

’’Kami sedang PKL Pak. Melatih mental, komunikasi,’’ dan bla-bla lagi. Nah, bapak terima hadiahnya, ya?’’

’’Tidak!’’

Dia kaget lagi. Dan dengan wajah kecut ia berpamitan. Ia sudah gagal dalam dua hal: [1] menyampaikan ’hadiah’ itu, [2] membangun komunikasi yang baik dengan saya. [22 Oktober 2011]

Wednesday 19 October 2011

”POTENSI”

Kita masih beruntung, di tengah-tengah masyarakat masih ada individu-individu maupun kelompok-kelompok seniman yang sangat militan, dan dengan segenap kemampuan mereka menjaga tradisi warisan leluhur. Mereka tidak berpikir apakah kesenian bisa menghidupi mereka atau tidak, karena mereka memang tidak mencari nafkah dari kesenimanannya. Laku kesenian bagi orang-orang seperti ini, adalah seperti olahraga yang baik bagi kesehatan, yang melengkapi hidup mereka. Dan lebih dari itu, merupakan salah satu jalan untuk menjadi orang yang bahagia di dalam hidupnya. Di kampung saya yang jauh dari ibukota kabupaten (Trenggalek) itu misalnya, ada kelompok-kelompok kesenian trebangan yang hanya mendapatkan honor tak sampai sejuta rupiah (dibagi belasan orang) untuk tampil semalam suntuk.

Tetapi, mereka dengan suka-cita hangrungkebi keseniannya. Sehari-harinya, mereka bekerja sebagai petani. Begitu dari dulu. Hingga sekarang.