Jakarta, Sinar HarapanBerbagai peristiwa di dunia kesusasteraan tak harus dibahas dalam diskusi atau perbincangan biasa. Seperti yang terjadi pada jagat sastra Jawa. Setelah bertahun-tahun hadiah sastra Rancage disepakati begitu saja oleh publik, kini pembahasan pada pemenang sastra Jawa selama tujuh tahun belakangan harus dilakukan melalui sebuah forum pengadilan. Teringat pada peristiwa pengadilan di dunia kesusasteraan Indonesia pada masa lalu, pengadilan ini seakan mengulangi efektifnya sebuah pengadilan para seniman khususnya sastrawan. Ada...
Monday, 28 January 2008
Seruling Asmara
Aku masih ingat dan haqul yakin bahwa tidak ada yang salah pada ingatanku, bahwa hari itu adalah hari Senin-Legi malam Selasa-Kliwon. Aku bukan panitia, tetapi menjadi salah seorang pengisi acara pagelaran seni di salah satu jurusan di Universitas 21 April pada waktu itu benar-benar membuatku sibuk sejak pagi. Aku hanya harus menyanyikan dua buah lagu, Jaka Lelur dan Minggat. Aku sibuk terutama bukan di fisik, tetapi di batin. Aku mesti tampil prima karena ini akan menjadi penampilan pertamaku di almamaterku (aku lulus dari Jurusan Sastra Indonesia...
KONGRES SASTRA JAWA: Bukan Tandingan Kongres Bahasa Jawa
Oleh: Widodo Basuki Ketua Sanggar Sastra (Jawa) Triwida, Sunarko Budiman, lewat tulisannya yang dimuat majalah Panjebar Semangat menggulirkan gagasan perlunya diadakan Kongres (Tandingan) Bahasa Jawa, untuk menandingi Kongres III Bahasa Jawa yang akan digelar di Yogyakarta, Juli 2001. Tampaknya gagasan Narko itu muncul karena terdorong rasa kesal, karena sebagai pengarang, dan bahkan sebagai Ketua Sanggar Triwida, dia masih harus beli tiket untuk dapat mengikuti KBJ di Yogya itu. Dia harus keluar duit Rp 500.000,00. Lima ratus ribu rupiah. Wah!...
KEPUTUSAN KONGRES SASTRA JAWA [1]
[1] PendahuluanKongres Sastra Jawa (KSJ) diselenggarakan di Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta, tanggal 6-7 Juli 2001 dengan tema Sastra Jawa: Menyikapi Fenomena Kekinian Menyongsong Masa Depan, atas prakarsa para pengarang muda.KSJ didukung oleh Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta dan beberapa pihak, di antaranya: Arswendo Atmowiloto, WS Rendra, Bambang Sadono, Murtidjono, dan N. Sakdani Darmopamudjo. KSJ diikuti 80 peserta terdiri dari pengarang, pengamat dan pemerhati sastra, akademisi dan peneliti, dalang, serta birokrat lembaga seni...
Kongres Bahasa dan Sastra Jawa: Memperjuangkan Eksistensi Budaya yang Nyaris Punah
Semarang: Rupanya, eksistensi budaya Jawa makin mengkhawatirkan keadaannya, sehingga dua buah kongres perlu digelar untuk mengembalikan kejayaannya. Kongres pertama, Kongres Sastra Jawa (KSJ) diadakan di Solo, 6-7 Juli lalu. Meski belum bisa menelorkan hasil-hasil yang lebih kongkret, 80 sastrawan Jawa yang hadir nampak cukup puas. Kongres kedua, Kongres Bahasa Jawa Ke-3 (KBJ), akan digelar di jantung peradaban Jawa, Yogyakarta, 15-21 Juli. Ada keinginan besar dari KBJ untuk melestarikan bahasa dan kebudayaan Jawa. Ketua Badan Pekerja KBJ, Soetomo...
Kongres Sastra Jawa: Mati Ketawa ala Sastra Jawa
''BANDINGKAN dengan wayang kulit, ketoprak, dan campursari. Sastra Jawa, juga media berbahasa Jawa, menjadi sangat jauh ketinggalan, sengsara, miskin, dan tidak diperhitungkan.'' Tak perlu kaget. Bambang Sadono, pemilik kalimat yang mengejutkan itu, memang mengaku jadi provokator Kongres Sastra Jawa (KSJ) di Taman Budaya Surakarta (TBS), 6-7 Juli. Tak perlu heran pula jika akhirnya dia menyatakan sastra Jawa mirip orang yang menghadapi kematian, namun masih bisa tertawa lepas saat memperbincangkan ajal yang menakutkan itu. ''Bandingkan dengan...
Sastrawan Jawa Gelar Kongres Sendiri
MERASA TIDAK DILIBATKAN DALAM KONGRES BAHASA JAWASOLO (KR)- Merasa tidak dilibatkan dalam Kongres Bahasa Jawa (KBJ) yang dijadwalkan berlangsung 15 hingga 21 Juli di Yogyakarta, para pengarang sastra Jawa menggelar kongres tersendiri. Dibuka Arswendo Atmowiloto, Kongres Sastra Jawa (KSJ) diagendakan berlangsung dua hari sejak Jumat (6/7) di Taman Budaya Jawa Tengah di Solo (TBS), menghadirkan tokoh-tokoh sastra Jawa dari berbagai daerah, khususnya Jateng, DIY dan Jatim sebagai pembicara.“Tapi KSJ ini bukan sebagai kongres tandingan, namun lebih...
Kongres Sastra Jawa Digelar di Solo
Jakarta, Kompas. Menjelang dilangsungkannya Kongres Bahasa Jawa (KBJ) III di Yogyakarta, 15-21 Juli, para pengarang muda mendahuluinya dengan menggelar Kongres Sastra Jawa (KSJ) di Taman Budaya Surakarta, Solo, 6-7 Juli 2001."Pengarang dan penulis skenario sinetron Arswendo Atmowiloto akan tampil sebagai salah satu pembicara dalam kongres nanti. Arswendo kami plot sebagai pembicara kunci, dan yang bersangkutan sudah menyatakan kesanggupannya untuk membawakan topik 'Sastra Jawa: Menyikapi Fenomena Kekinian Menyongsong Masa Depan'," kata Ketua KSJ...
Yang Penting: Apa yang Dilakukan setelah Kongres
Tanggapan Artikel KBJ III: Sebuah Kalkulasi Moral Tulisan Pranowo, KBJ III: Sebuah Kalkulasi Moral (Bernas, Rabu, 18 Juli 2001) yang dimaksudkan untuk menanggapi tulisan Suwardi Endraswara, Meragukan Keputusan KBJ III (Bernas, 14 Juli 200), mengandung beberapa pernyataan yang tidak proporsional. Pranowo tampaknya mendapatkan informasi mengenai Kongres Sastra Jawa (KSJ) dari sumber-sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hal itu antara lain tecermin pada kalimat ini, "Sayangnya, mengadakan kegiatan (KSJ, pen.) yang maunya baik, tetapi diawali...
Saatnya Sastra Jawa Go Internasional
Catatan Kecil dari Kongres Sastra Jawa (Solo, 6-7 Juli 2001)Bisa dipahami memang, jika pada awalnya banyak pihak meragukan Kongres Sastra Jawa (KSJ). Ketika masih berupa gagasan saja sudah banyak yang mencibiri. Bahkan ada pula yang tega mendakwa sebagai ajang cari perhatian para pengarang (sastra Jawa) muda yang tidak mendapatkan tempat di Kongres Bahasa Jawa III (Jogjakarta, 15-21 Juli 2001). Sebelum Murtidjono dengan Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta-nya menawarkan bantuan berupa fasilitas: tempat kongres berikut penginapan dan biaya penggandaan...
Pengarang Sastra Jawa Pengarang Numpang Lewat
“Sekali belum Berarti, Tak Mau Berkarya Lagi!”“Sekali berarti, sudah itu mati.” Itu kata Chairil. Tetapi, banyak di antara penyair Jawa modern (penggurit) –begitu pula pengarang prosanya-- yang keburu mandeg berkarya sebelum benar-benar menjadi. Sastrawan Jawa modern pada umumnya adalah sastrawan numpang lewat. Hal itu sempat mengemuka dalam Diskusi Lembaga Kajian Budaya Jawa Pos bulan ini (20/4) –yang sengaja memilih tema Sumbangan Chairil Anwar terhadap Perkembangan Puisi Jawa Modern-- sekalian memperingati hari wafatnya Raja Penyair Angkatan...
Kongres Sastra Jawa: Jangan Terlalu Utopis
Darling WirastriBelakangan mencuat isu mengenai Kongres Sastra Jawa (KSJ). Saya sebut (masih) sebagai isu, karena sejauh ini KSJ baru berupa gagasan. Proposalnya pun belum jadi. Tempat pun belum dipilih: Blitar, Wonogiri, Surabaya, Solo, atau Semarang. Yogyakarta, tampaknya tidak dinominasikan sebagai tempat penyelenggaraan pertama KSJ yang masih dalam angan-angan itu. Pasalnya, Dalam waktu dekat, Juli 2001, di Yogyakarta akan digelar Kongres Bahasa Jawa (KBJ). Padahal, menurut rencana, KSJ bakal digelar hanya beberapa pekan sebelum KBJ. Mungkin...
Ketika Jogja Menghakimi Jakarta: SURABAYA ASYIK SENDIRI
(1)Lembaga Kajian Kebudayaan “Akar Indonesia” menggelar acara bedah buku puisi Suatu Cerita dari Negeri Angin (Agus R. Sarjono, Jendela, 2003) dan Reruntuhan Cahaya (Jamal D. Rahman, Bentang, 2003) di Auditorium IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, 28 Mei 2003. Tajuk yang dipilih untuk acara itu sangat menarik dan bahkan provokatif: Ketika Jogja Menghakimi Jakarta. Saut Situmorang dan Amien Wangsitalaja jadi hakim, sedangkan terdakwanya adalah Agus R. Sarjono dan Djamal D. Rahman. Cerpenis Joni Ariadinata dengan gaya kocaknya yang amat khas bertindak...
Mencerdaskan Dangdut
ADA yang istimewa pada diskusi Sabtu sore (28 September 2002) itu. Diskusi yang sedianya membahas Festival Kesenian di Surabaya tersebut sempat terseret ke dalam perdebatan seputar dangdut. Pemicunya adalah pernyataan Max Arifin pada pengantar makalahnya yang seolah memandang sebelah mata musik dangdut sebagai kesenian bermutu. Tentu saja, pernyataan Max (yang mungkin tidak bermaksud menilai rendah dangdut, Red) mengundang tanggapan peserta. Menurut peserta, dangdut bukanlah musik kampungan, karena kini sudah masuk hotel- hotel berbintang, mempunyai...
PENGADILAN SASTRA JAWA
(Pengadilan Penerima Hadiah Sastra Rancage bagi Pengarang dan Penyair Sastra Jawa Tahun 1994 – 2001)di Taman Budaya Jl. Gentengkali 85 Surabaya[a] Dasar PikiranKomposisi Penerima hadiah sastra Rancage bagi pengarang dan penyair sastra awa tahun 1994 – 2001 tidak sebanding yaitu 8 : 1. Delapan orang berasal dari wilayah administratif Jawa Timur, dan seorang dari Daerah Istimewa Jogjakarta, sedangkan dari wilayah administratif Jawa Tengah belum ada yang beruntung, menimbulkan berbagai kecurigaan di balik penjurian hadiah tersebut. Kedelapan orang...
Kongres III Bahasa Jawa (Yogyakarta, Juli 2001): Menggiring Bahasa Jawa ke Museum?
Jika tidak ada aral melintang, Kongres Bahasa Jawa III akan diselenggarakan di Jogyakarta pada bulan Juli 2001. Tentu saja, seperti kongres-kongres sebelumnya, Kongres III itu nanti diselenggarakan dalam rangka upaya melestarikan dan mengembangkan bahasa Jawa. Tetapi, jika formatnya tidak berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya yang hanya menghasilkan keputusan-keputusan yang baik itu, dari kongres III ini pun hampir tak ada yang bisa diharapkan. Wah!Masih HidupApa yang akan dilakukan pengarang/penyair sastra Jawa (selanjutanya yang dimaksudkan...
Hadiah Sastra Jawa, Mana?
TAHUN 2002 ini dua sastrawan Jawa, Djayus Pete (Bojonegoro) dan DR Sudi Yatmana yang biasa disapa Romo Sudi (Semarang), memperoleh hadiah Rancage dari Yayasan Rancage yang pada awalnya sebenarnya hanya menganugerahkan hadiah itu kepada sastrawan Sunda. Penyerahan hadiah itu kebetulan akan dilangsungkan di Kampus Pusat Unesa (Ketintang, Surabaya) akhir Agustus 2002 ini. Kita boleh menyambutnya dengan tepuk tangan. Tetapi, alangkah bagusnya jika sastra Jawa juga memiliki tradisi penganugerahan hadiahnya sendiri!Banyak persoalan yang dihadapi sastra...