Judul: Gallery of Kisses
Penerbit: Eksotika Karmawibangga Indonesia (EKI)
Penulis: Seno Gumira Adjidarma…
Tebal: 153 halaman
Tergolong unik, seperti judulnya, Gallery of Kisses (GK) kumpulan cerita pendek tentang ciuman. GK memang galeri (cerpen) ciuman. Tetapi beberapa di antaranya juga bercerita tentang ciuman “dan selanjutnya”. Misalnya yang terdapat pada cerpen Tommy F Awuy berjudul Ciuman di Arnhem. Simak kutipannya ini: “Tapi, soalnya sekarang Marianne memintaku untuk melakukannya bukan hanya sekedar adegan teater. Nah, dia sudah menanggalkan bajunya sehingga kulit tubuhnya yang lembut tak pelak lagi merangsang gairahku. Seperti tadi malam bersama Anne, aku tak punya kuasa untuk menahan. Laki-laki normal mana yang bisa menahannya? Hayo!”
Para penulis cerpen dalam GK adalah para kampiun di dunia sastra Indonesia (Seno Gumira Adjidarma, Tommy F Awuy, Jujur Prananto, Yanusa Nugroho, Reda Gaudiamo, Veven Sp Wardhana, Putu Wijaya, dan Sapardi Djoko Damono). Namun, kecuali cerpen Seno berjudul mmmwwwhhh, cerpen-cerpen yang terkumpul dalam GK ini tergolong renyah, dan tak jarang terasa jenaka, menggelitik, tanpa mengurangi bobot sastrawinya. Simak pula misalnya, cerpen Putu Wijaya berjudul Ngok yang bercerita tentang seorang gadis yang menangis, mengunci diri di dalam kamarnya, yang membuat ibunya gerah bukan main karena menyangka putrinya itu telah hamil. Eh, ternyata si gadis itu pusing karena keinginan pacarnya untuk menciumnya. Mengapa mesti menangis sebegitu parah kalau hanya mau dicium saja? Inilah jawabannya:
Karena pacar saya tidak hanya ingin mencium saya di hidung dengan hidungnya seperti Bapak dan Ibu lakukan dulu waktu muda. Tak hanya ingin mencium bibir saya dengan mulutnya, sambil mengulum-ngulum lidah saya. Tetapi ia ingin mencium saya di sini, kata Ami sambil menurunkan tangan dan menunjuk ke bawah perutnya. ’’Dia ingin menjilat ini.’’
Tak kalah menggelitiknya adalah cerpen berbingkai Sapardi Djoko Damono berjudul Ratapan Anak Tiri. Seorang anak tiri yang ingin tak pernah kebagian cium ibu maupun ayah tirinya, karena mereka sibuk berciuman sendiri. Di sekolah, ketika guru bahasanya menugasinya mengarang, ditulislah, ’’Hasan ingin mencium pipi Tumi, Tumi ingin mencium pipi Hadi, Hadi ingin mencium pipi Yanti, Yanti ingin mencium pipi Marno…..” Dan perhatikan, betapa bernasnya kalimat Sapardi ini, “… ia tahu benar betapa beratnya keinginan untuk dicium di pipi dan mencium pipi orang. Kalau ibu tiri dan ayahnya saja tidak pernah mencium pipinya atau menyediakan pipi mereka untuk dicium, apa ia harus mencium pipinya sendiri? Mana bisa, kan?”
GK tergolong menarik, walaupun terasa agak bombas komentar Farhan (presenter), “Seperti membaca ensiklopedi CIUMAN, lengkap dengan kesaksian sejarah pelakunya.” nab
0 urun rembug:
Post a Comment