di pungung sepi malam tertancap kakiku
udara nyaris beku
dan gelap semakin bisu
belantara macam apa lagi ini
tanpa pohon dan binatangnya serasa tinggal aku:
menggigil di punggung sepi
di ceruk malam gelap bisu
mungkin aku telah melewati kubur pengarang
dan beberapa kali tersandung nisan penyair
tak henti aku melolong
memanggil dan menyebut nama yang kukenal
--atau yang kurasa kukenal
tetapi tetap saja semua bisu
udara bisu
dan langit hanya memantulkan suaraku
yang lalu semakin tajam menusuk-nusuk gendang telingaku
semua makin bisu dan aku makin menancap
di punggung sepi
malam
di dalam gelap
ketika semua bisu
beku
[]
Malang, Maret 2008
0 urun rembug:
Post a Comment