Monday 22 September 2008

HM CHENG HO DJADI GALAJAPO NERAKA WAIL DAN KUE TERANG BULAN [1]

Kula aturi rawuh peluncuran buku Djadi Galajapo, Jumat 19 Sept 08, di metropolis room Graha Pena lt 3 pukul 15.00 thit, bonari, yg ikut menulis buku tsb. Suwun. Harus mendaftar? Khusus Pak Parto tanpa harus ndhaftar.

Begitulah SMS yang kuterima. Djadi Galajapo, saya tahu itu nama kelompok pelawak di Surabaya. Beredar setelah saya pensiun, (artinya saya sudah tidak giat nyemak secara fisik maupun sosial perkembangan kota Surabaya lagi, saya sama sekali sudah tidak mendengarkan radio lagi, kurang sekali menonton TV, tidak suka telepon-teleponan hingga pulsa HP saya bertumpuk tak terpakai, kurang sekali membaca koran), jadi tidak pernah melihat atau mendengarkan banyolan kelompok Galajapo. Tetapi kalau acara tentang buku, saya usahakan selalu bisa mengikuti. Diah Pitaloka, Dewi Lestari, Pipiet Senja, Andrea Hirata, Lan Fang, Shoim Anwar, Amang Mawardi, Akhudiat, Widodo Basuki, Siti Aminah, Elizabeth D. Inandiak, Hersri Setiawan, Asvi Warman Adam, Agus Wahyudi, Agus Mustofa, Murakami Saki, Yayasan Karmel, Ary Nurdiana, Freek Colombijn, GM Sidarta, Bugilbaca, itu beberapa nama yang saya hafal luar kepala ketika bedah atau diskusi bukunya yang saya (perlukan) hadiri. Saya banyak mengambil manfaat dari situ untuk ibadah, karena tentang buku (membudayakan menulis, membaca, memahami, menerbitkan, membeli, menjual, menyiarkan) saya memang belum mau pensiun, saya anggap amanah Allah. Jadi, bukan hanya karena undangan lewat SMS Mas Bonari itu, saya juga secara resmi juga mendaftar akan hadir peluncuran buku HM Cheng Ho Djadi Galajapo itu.. Saya datang 30 menit sebelum acara peluncuran buku Djadi Galajapo dimulai.

Begitu masuk lantai 3, saya bertemu Prof.Dr.Sam Abede Pareno, dan selanjutnya bersama dia. Dia begitu akrab dengan forum, sedang saya merasa asing. Orang-orang muda yang menyapa dia juga menyapa saya, saya kira karena dialah saya ikut disapa. Tapi, mereka kok ya menyebut nama saya (tentulah sudah mengenal betul saya). Salah seorang berbaju putih-putih, kepalanya agak gundul, menyalami dan mempersilakan kami berdua masuk ruangan Metropolis room yang masih kosong dengan cara begitu akrab. Tapi kami berdua milih kursi paling belakang, karena Pak Sam tidak bisa tinggal sampai buka puasa, karena ada acara lain. Jadi kalau acara sedang berjalan Pak Sam bisa dengan diam-diam tidak mengganggu acara meninggalkan ruangan. Di latar belakang podium tertulis jelas: HM Cheng Ho Djadi Galajapo, NERAKA WAIL DAN KUE TERANG BULAN. Pembicara: Bagong Suyanto dan Suko Widodo.

Selain nama dosen-dosen UNAIR itu kemudian mengisi ruangan orang-orang terkenal lainnya: Wakil Walikota Surabaya Arif Afandi, perwakilan Honda Motor (sponsor penerbit buku), Kurniawan Muhammad, Bonari Nabonenar, Sabrot D.Malioboro, Cak Kadaruslan, Kartolo dan istri, Djoko Pitono, RM Yunani, dan orang-orang aktif di Surabaya saat ini (maaf, tidak bisa saya sebut semuanya, meskipun sangat penting pada acara ini). Dan nanti setelah acara berjalan terungkap pula orang-orang dekat (sesama pelawak) Djadi, seperti Didik Mangkuprojo (ini saya kenal), Hunter Parabola, Adenan, Lutfi (teman main di Galajapo) dan Insaf Andi Lah Yaw. O, ya, dan Cak Kobar, anak muda berambut brukoli yang menjadi moderator acara, yang tidak lain juga pembawa acara Becak (Berita Kocak) JTV (TV-nya Jawa Pos). Saya menonton TV sangat saya batasi, sehingga juga tidak pernah mengenali Cak Kobar. Ternyata orang akrab berbaju putih yang agak gundul tadi yang punya gawe siang itu, HM Cheng Ho Djadi Galajapo.

Dia membuka acara dengan kidungan: “Semangka siji sega dijangkepi, sing teka dina iki takdongakna akeh rejeki”. Meskipun profesinya kental sebagai pelawak, dengan menerbitkan buku ini dia tidak guyon, meskipun bukan sastrawan beneran dia serius menerbitkan bukunya. Artinya isinya benar dan jujur. Lalu dengan terampil dia menyampaikan terimakasih atas kedatangan dan jasa-jasanya “memberdayakan” grup pelawak Galajapo. Terampil, cekatan, bebas tanpa ikatan tradisi, bergairah dan lucu. Bicaranya disela pihak lain ya ditanggapi dengan enak, kreatif, cerdas dan lucu. Ucapan terimakasih ditujukan kepada Jawa Pos (a.l. Wawali Surabaya Arif Afandi, Sam Abede Pareno, Kurniawan Muhammad) dan para tamu yang hadir, masing-masing disebut namanya dan jasanya. Misalnya Abah Kartolo disebut sebagai gurunya yang paling senior (karena itu dipanggil Abah).[]

Sumber:
Blog-e Pak Parto (Suparto Brata, 22 September 2008)

0 urun rembug: