Wednesday 11 January 2012

Membangun Monumen Solidaritas

Menuju Hari Buruh Sedunia 2012


Efektifnya hanya sekitar dua bulan lagi, kita akan sampai pada Hari (Besar) Buruh Sedunia atau yang sering juga disebut sabagai May Day (1 Mei 2012). Di berbagai belahan dunia hari itu akan diperingati dengan gegap-gempita. Demonstrasi ada di mana-mana. Itu adalah salah satu cara, menyalurkan aspirasi, menggedor tembok keangkuhan para birokrat yang sering tampak lupa mengemban amanat rakyat.
Adalah salah satu cara. Artinya, ada cara lain yang bisa ditempuh tanpa mengurangi, tanpa melupakan cara yang lainnya lagi. Berbagai cara memang mesti ditempuh untuk semakin mempertegas garis perjuangan kita. Cara yang lain lagi, adalah memlalui tulisan. Ini juga sudah dilakukan banyak buruh migran asal Indonesia di Hong Kong. Sekadar menandaskan, sejauh yang terkespose media, tidak ada dunia penulisan di kalangan buruh migran sesemarak yang ada di Hong Kong. Bahkan, di kalangan buruh migran asal negara lain, selain Indonesia!

Seperti mulai diumumkan melalui Peduli edisi Januari 2012 (edisi bulan lalu) kita akan menggelar Festival Pekerja Migran di kawasan Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur pada bulan Mei 2012 nanti. Diharapkan, kawan-kawan BMI yang sedang cuti dan berada di tanahair dapat menghadiri acara itu, secara sukarela, secara swadaya. Tentu, jangan ketinggalan pula para ”pendahulu” yang sudah ”memanjangkan penanya” di tanahair: Etik Juwita, Maria Bo Niok, Eni Kusuma, Nadia Cahyani, Wina Karnie, dan siapa lagi?

Lalu, anggaplah saja kita akan melakukan demo dengan kemasan yang agak berbeda. Selain meneriakkan tuntutan, dengan lagu puisi, cerita, atau melalui foto-foto dan tayangan audio-visual yang dapat disiapkan, pertemuan seperti itu nanti juga akan memperkokoh ikatan persaudaraan, bisa jadi semacam ajang konsolidasi untuk mempertegas garis perjuangan. Bukan hanya di ruang sempit bernama dunia pekerja migran, melainkan juga perjuangan sebagai anak bangsa, sebagai anak manusia, yang makin ditantang oleh ganasnya gelombang kehidupan modern.

Ketika saudara-saudara dari berbagai wilayah bertemu, peluang untuk munculnya gagasan-gagasan baru pun akan semakin terbuka. Termasuk gagasan pengembangan bisnis. Ada kata kunci yang sangat ampuh di sini: kebersamaan. Jika semangat kebersamaan, senasib-seperjuangan itu tidak hanya di hentikan ketika serentak turun ke jalan, melainkan juga saat berjuang di dalam frame yang lebih luas: kehidupan ini sepenuhnya, alangkah dahsyatnya!

Juga, jika keinginan menerbitkan buku bersama yang representatif, setebal 500 halaman atau lebih itu tercapai, sesungguhnyalah akan secara simbolis menjadi tambahan bukti kedahsyatan itu. Di sanalah antara lain kita akan meletakkan tanda kebersamaan kita. Biarlah orang mengolok-olok, misal dengan kata-kata ini, ”itu sekadar sensasional!” Apa pun, itu kita butuhkan! Kita perlu terus menggali cara untuk menarik perhatian. Dan membuat sensasi, sejauh tidak mengandung unsur kekerasan, pemaksaan, atau pelanggaran terhadap nilai-nilai lain yang bersama dijunjung tinggi, adalah bentuk kreativitas juga.

Buku tebal kita itu nanti, jika terwujud, ia akan jadi semacam monumen untuk: solidaritas kita! [*]

FOto: YANY WIJAYA KUSUMA

0 urun rembug: