Sunday 1 July 2012

BEREBUT SUARA

Seorang warga Kampung Pojok beberapa kali melancarkan protes kepada penjual Es Klinthing –disebut Es Klinthing, karena setiap penjual itu menyusuri jalan dan gang-gang di Kampung Pojok, suara ”klinthing-klinthing”-nya tak pernah tertinggal, kecuali dagangannya sudah habis. ”Pak, sampeyan selalu membuat saya kecele. Saya kira suara delman. Saya butuh delman untuk berjalan menyusuri kampong bersama anak-anak saya, dan tidak butuh Es Klinthing!” demikian protesnya.

Karena penjual Es Klinthing tak kunjung mengganti suara yang dijadikannya tanda bahwa ia sedang melintas itu dengan suara lain, suara badai salju misalnya, warga kampong yang mulai geram itu pergi ke tukang delman dan mengadu. Tukang delman itu pun naik pitam, dan segera mendatangi lenjual es. Mereka terlibat adu mulut.

”Suara klinthing-klinthing seperti yang kamu pakai itu adalah cirri khas suara klinthingan delman. Di mana-mana delman ya begitu suaranya saat dijalankan. Mengapa kamu pakai dan sampai membuat pelanggan saya kecele?”

”Itu kan suka-suka saya, mau jualan es pakai suara delman kek, suara bus kereta api kek….! Mengapa kamu sewot wahai tukang delman? Sudahkah kamu mematenkan suara delmanmu itu?”

Tukang delman terkejut. Benar juga, pikirnya, dia tidak dapat begitu saja memrotes si Penjual Es Klinthing karena dia belum mematenkan suara delmannya. Tapi dia masih sempat bersungut, ”Apakah kurang suara lain yang lebih menarik?” sambil ngeloyor meninggalkan Tukang Es Klinthing.

Kabar terkini, Tukang Delman itu sudah menjual kuda dan bahkan delmannya untuk biaya pengurusan Hak Paten yang hingga kini belum didapatnya. [GLODHAG]

0 urun rembug: