Thursday, 5 July 2012

Sebuah Perjalanan bersama Mbah Kakung

Tokoh Mbah Kakung di dalam kisah ini adalah ayah nenek saya –dari ibu. Atau, buyut saya. Dia salah seorang tokoh idola saya, dan yang saya rasa cukup banyak mengalir ’darah’-nya di tubuh saya. Ia laki-laki beruntung, bukan hanya karena mendapatkan Mbah Putri yang hingga usia 90-an masih mengabarkan kecantikannya, tetapi juga karena masih segar ketika anak saya lahir. Jika saya adalah cicitnya, saya belum menemukan padanan kata yang menggambarkan posisi dalam garis keturunan di bawahnya. Untunglah, orang Jawa masih punya sebutan: canggah. Saya sudah...

Sunday, 1 July 2012

BEREBUT SUARA

Seorang warga Kampung Pojok beberapa kali melancarkan protes kepada penjual Es Klinthing –disebut Es Klinthing, karena setiap penjual itu menyusuri jalan dan gang-gang di Kampung Pojok, suara ”klinthing-klinthing”-nya tak pernah tertinggal, kecuali dagangannya sudah habis. ”Pak, sampeyan selalu membuat saya kecele. Saya kira suara delman. Saya butuh delman untuk berjalan menyusuri kampong bersama anak-anak saya, dan tidak butuh Es Klinthing!” demikian protesnya. Karena penjual Es Klinthing tak kunjung mengganti suara yang dijadikannya tanda...

Baku Kunjung sambil Unjuk Karya

Kang Sigit, demikianlah biasanya secara akrap laki-laki asal Kendal yang menetap di Swiss ini disapa, sungguh gemati terhadap buku karya-nya sendiri. Ia rela terbang dari satu benua ke benua lain, dari satu kota ke kota lain, untuk membicarakan bukunya, satu hal yang tak banyak dilakukan penulis lain. Ini pelajaran menarik, patut dicontoh oleh BMI yang telah melahirkan buku, yang, jumlahnya makin membengkak itu. Saya pernah mengikuti acara diskusi buku karya Maria Bo Niok, Rini Widyawati, Wina Karnie, Eni Kusuma, Tarini Sorita, dan entah BMI...