Friday 1 August 2008

Sarasehan dan Pemilihan Pengurus Baru PPSJS

Kamis 26/07/2008
Surabaya – Surabaya Post

Masa kepengurusan Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) berakhir. Pemilihan kepengurusan baru PPSJS mendatang dilakukan di Balai Bahasa Surabaya (BBS) Jl Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo, Sabtu (26/7) sore ini.


Masa kepengurusan Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) berakhir. Pemilihan kepengurusan baru PPSJS mendatang dilakukan di Balai Bahasa Surabaya (BBS) Jl Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo, Sabtu (26/7) sore ini.

Sebelum acara pemilihan, kata Ketua PPSJS, Bonari Nabonenar dalam rilisnya, didahului dengan sarasehan. Sebagai narasumber budayawan yang penulis novel dan cerpen produktif, Suparto Brata dan Bonari Nabonenar sendiri. Pelaksanaannya sekitar pukul 13.30 hingga sekitar pukul 17.00.

Siapa yang bakal menggantikan Bonari? Seorang sumber menyebutkan, nama yang paling kuat adalah dua orang. Satu dari orang BBS dan satu lagi adalah Djoko Prakoso, seorang penata tari yang juga panari serta dosen Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.

Dua orang ini, kata sumber yang seorang pengurus PPSJS, satu orang yang BBS, waktunya cukup luang. Sementara Djoko Prakoso, pria yang berasal dari Jawa Tengah, dinilai mampu dan kelihatannya masih ada peluang untuk mengurus PPSJS.

Djoko sendiri, kata sumber tadi, ketika ditawari memang tidak menolak dan mengiyakan. Bahkan, dia meminta untuk jebatan lain saja, jangan ketua umum. “Sepertinya, pilihan akhir adalah Djoko Prakoso,” kata sumber tadi.
Djoko ini, jelas sumber tadi, selama kepengurusan yang lalu, juga terlibat cukup aktif. Hampir setiap acara yang digelar PPSJS, dia hampir selalu hadir. Selain dia, Suparto Brata, Trinil, dan beberapa yang lainnya.

Kalau Trinil? Wanita yang juga aktif menulis dan aktif di organesasi ini, sebetulnya juga mampu. Dia bisa ngemong, siapapun baik pengurus yang muda maupun yang sepuh. “Hampir setiap kegiatan, dia banyak terlibat. Namun dia menolak karena kesibukan di kampusnya,” jelas seorang sumber.

Sementara Bonari sendiri, orangnya dinilai terlalu “liar”. Dia, dengan kegiatannya, terkesan sulit dikendalikan. Mobilitasnya tinggi. Kalau ada kegiatan, sering mbleset dari waktu yang ditentukan. Bahkan sering absen. Namun pemikirannya cemerlang dan idenya berhamburan.(gim)

Surabaya Post

0 urun rembug: