Wednesday 6 August 2008

Perdebatan Alot, Gagal Tentukan Ketua PPSJS

Surabaya – Surabaya Post

Pemilihan pengurus Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) di Balai Bahasa Jatim (BBJ), Sabtu (26/7) gagal diputuskan. Dua orang yang dinilai mampu melanjutkan kiprah PPSJS, Bonari Nabonenar dan Sri Sulistyowati (Trinil), sama-sana “ngotot” tidak mau menjabat ketua dengan alasan masing-masing.


Djoko Prakoso, pengajar di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya yang sanggup menjadi ketua, tidak bisa hadir. Begitu juga staf BBS, Debora Indriswari yang digadang bisa melanjutkan perjalanan PPSJS, juga tidak bisa hadir pada acara pemilihan.

Bonari yang menjadi ketua lama, sibuk dengan kiprahnya di sebuah perusahaan surat kabar dan di komunitas lain. Bahkan, selama menjabat ketua, Bonari mengakui belum bisa mengatomi atau membuat “subur” PPJS tapi malah membuat “kerontang”.

Trini, tidak mau menjabat, karena kesibukannya di kampus dan lainnya. Intinya, kedua calon yang hadir, tidak mau menjabat namun masih akan tetap mendukung penuh perjalanan PPSJS.

Bahkan, Trinil sempat melontarkan bahwa Soeharmono Kasiyun untuk menjabat. Karena, kata Trinil, PPSJS memerlukan seorang figur yang bisa merangkul dan mengayomi semuanya. Namun Harmono, begitu dia akrab disapa, menolak tegas.

“Wah, lha kalau saja menjabat lagi, ya kan tidak ada regenerasi. Saya sudah menjabat PPSJS tidah hanya dua periode tapi beberapa periode. Penrah menjabat, kemudian lengser. Lalu diminta menjabat lagi,” kaya Harmono.

Tiga sesepuh PPSJS atau yang menyebut dirinya “dewan suro”, RM Yunani Prawiranegara, Suparto Brata dan Soeharmo Kasiyun, secara rasan-rasan memilih Trinil sebagai ketua.

“Dia mau alasan apa lagi. Dulu tidak mau karena alasan menyelesaikan doktornya di Malang. Sekarang sudah selesai, mau alasan apa lagi,” ujar Romo Yunani, sapaan akrab jurnalis senior ini.

Namun begitu forum dibuka, Suparto Brata tidak menolak kalau Trinil menjadi ketua. Namun dia juga mengharapkan Bonari mau menjabat lagi. “Apalagi, Mas Bonari kan masih menjabat satu periode. Layaknya jabatan itu dua periode,” jelas pengarang novel Kremil ini.

Kemudian diperkuat juga oleh Kepala BBJ, Drs Amir Mahmud M.Pd. Memang, layaknya jabatan itu diemban dua kali. Apalgi Bonari masih menjabat satu kali. Jadi, masih layak untuk menjabat lagi.

“Namun kalau yang menjabat Mbak Trinil, saya juga mendukung. Saya sarujuk (setuju). Keduanya, sepertinya layak untuk memimpin PPSJS,” jelas Amir.

Karena a lot dan tidak ada titik temu, akhirnya diputuskan membentu formatur. Anggotanya sekitar tujuh orang, termasuk para calon yang dipilih sebagia ketua. Diharapkan, satu minggu sudah ada jawaban siapa yang menjadi ketua.

Pelantikan pengurus, usul Harmono, dikaitakan dengan HUT PPSJ yang ke 31. Tepatnya pada 31 Juli. Namun kalau tidak memungkinkan juga bisa dicarikan hari lainnya.

Redaktur Budaya Jawa Pos, Arif Santoso yang hadir para pertemuan itu, mendukung penuh kiprah PPSJS. Komunitas ini dinilia mempunyai ide dan gagasan yang besar, unik dan menarik. Namun tidak tahu mengapa, gagasan tinggal gagasan. Lewat begitu saja dan tidak terlaksana.

“Mudah-mudahan dengan kepemimpinan baru nanti, gagasan yang pernah terlontar, termasuk rencana menggelar sastra etnik, bisa dilaksanakan,” jelas Arif.

Pada pertemuan kemarin, seperti juga pertemuan sebelumnya. Kurang diminati peserta. Acara yang direncanakan pukul 13.00, molor cukup lama karena minimnya peserta. Saat itu hanya ada Suparto Brata, Romo Yunani, Harmono, Bonari, Trinil dan staf BBJ.

Padahal, panitia sudah mempersiapkan konsumsi sebanyak 30 orang. Namun karena sifatnya ini paguyuban, untuk rapat dan lainnya, tidak harus menunggu banyaknya peserta. “Yang kita guyup begitu saja,” jelas Romo Yunani.(gim)

Surabaya Post, Rabu 28 Juli 2008

0 urun rembug: